moshi-moshi



Minggu, 20 Maret 2011

Krim Pemutih Berbahaya

Salah satu masalah yang sering menimpa wajah adalah melasma, yaitu timbulnya bercak gelap di dahi, hidung, pipi dan atas bibir. Penampilan jadi sangat terganggu. Melasma merupakan penyakit pigmen kulit. Jadi hanya ras kulit berwarna saja yang mengalaminya. Jika ras kulit hitam, mungkin tak terganggu dengan melasma, sebab sudah item dari sononya…. namun bagaimana dengan kulit kita, orang Indonesia yang eksotik. Meski tak terlalu putih, melasma tetap tampak jelas di kulit orang Indonesia.Penyebab melasma belum diketahui dengan pasti. Faktor genetik (keturunan) diduga berperan besar. Melasma hanya diderita oleh ras kulit berwarna.

Gangguan hormonal juga berpengaruh, terutama pada kehamilan. Penggunaan kontrasepsi hormonal, seperti pil KB, KB suntik dan susuk KB, dapat menjadi pemicu. Namun terapi penggantian hormon tak berpengaruh. Kehamilan juga dapat memicu melasma. Namun melasma ini, yang disebut kloasma, akan hilang dengan sendirinya setelah melahirkan. Lingkungan, terutama sering terkena sinar ultra violet dari matahari menjadi faktor pemicu sintesis pigmen kulit dan menyebabkan kulit menjadi lebih gelap. Iritasi kulit dapat memperburuk keadaan karena meningkatkan pigmentasi.
Sampai saat ini melasma tidak dapat disembuhkan.

Biasanya para wanita menggunakan produk pemutih kulit.Dibalik daya tarik sebuah krim pemutih kulit, ternyata tersimpan banyak efek negatif yang mengancam si pemakainya. Bahan kandungan krim pemutih kulit bisa menyebabkan kerusakan kulit yang serius bahkan komplikasi kesehatan.

Ada berbagai merek dan jenis krim pemutih kulit. Krim ini populer di banyak negara di seluruh dunia termasuk Amerika Serikat, krim pemutih kulit hampir tersedia di semua toko obat dan toko kecantikan.
Hydroquinone

Hydroquinone adalah bahan yang biasanya terkandung dalam krim pemutih kulit. Zat ini berguna untuk mencerahkan kulit dengan cara menghambat produksi melanin yang memicu pigmentasi alami dalam tubuh. Namun penggunaan hidrokuinon yang kadar besar dapat menyebabkan kondisi yang disebut ochronosis, ini adalah keadaan dimana kulit menjadi gelap daripada warna kulit semula. Sebenarnya Hydroquinone telah dilarang sebagai bahan produk pencerah kulit di berbagai negara seperti Jepang, Australia dan negara-negara Eropa.

Air raksa
Klorida merkuri juga banyak digunakan dalam krim pemutih kulit, meskipun bahan ini telah dilarang di Amerika Serikat dan negara lainnya. Selain dalam krim pemutih kulit, manusia bisa terkontaminasi oleh merkuri saat mereka mengkonsumsi kerang dan ikan tuna. Kandungan merkuri yang berlebihan dalam darah dapat menyebabkan kerusakan ginjal, sistem syaraf dan komplikasi gastrointestinal.

Pakar dermatologi Prancis Khadi Sy Bizet menentang penggunaan krim pemutih kulit. Dokter yang berasal dari Pantai Gading itu menemukan pasiennya memiliki wajah dengan bercak-bercak hitam, jerawat, dan garis-garis kaku pada kulit. Setelah ditanyai, ternyata itu merupakan dampak berkelanjutan pemakaian krim pemutih.

"Perempuan Afrika memakai krim yang mengandung kortison untuk memutihkan kulit," kata dokter yang menspesialisasikan dirinya untuk kecantikan kulit wanita Afrika itu.

Bizet menjelaskan krim pemutih mengandung zat bernama kortison. Jika digunakan untuk waktu panjang, kortison dapat merusak lapisan atas kulit.

Bizet mengaku dokter kerap menulis kortison sebagai resep untuk kasus-kasus kulit tertentu. Itupun digunakan untuk waktu singkat agar menghindari efek negatif. Tapi perempuan Afrika justru mencari efek samping itu dengan risiko merusak kesehatannya sendiri.

Tak hanya itu, kata Bizet, kortison sebenarnya obat peredam rasa sakit karena dosisnya keras. Apabila meresap ke dalam darah, penggunanya akan berisiko menderita diabetes, tekanan darah tinggi, atau penyakit akut yang membuatnya harus menjalani perawatan lama.

Bahan keras lainnya yang sering terkandung dalam krim pemutih adalah hydrochinon. Bahan kimia ini dulunya digunakan di kamar gelap dalam dunia fotografi. Cukup lama hydrochinon sempat dikenal sebagai sarana manjur menghilangkan bercak di kulit.

Meski demikian penggunaan secara sering dapat menimbulkan efek samping seperti kulit menjadi merah, terbakar, dan gatal-gatal. Oleh sebab itu Uni Eropa melarang penggunaan hydrochinon pada produk-produk kosmetik sejak tahun 2001.

Selain bahan kimia ada pula produk krim pemutih yang mengandung air raksa. Bahan yang tergolong memiliki kadar racun tinggi ini, dapat menyebabkan kerusakan parah pada organ tubuh sampai menimbulkan kematian. Raksa juga terkandung pada sabun-sabun yang dijual di Afrika. Semua produk ini harus digunakan setiap hari. Jika tidak, warna kulit akan kembali menjadi gelap, yang merupakan warna kulit aslinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar